Pages

Labels

Label

Label

Pengikut

Kamis, 26 Februari 2015

Sejarah gunung puntang

TEMPAT WISATA SEJARAH GUNUNG PUNTANG

Hasil gambar untuk sejarah negara puntang


Salah satu obyek wisata yang siap memanjakan wisatawan adalah Wana Wisata Gunung Puntang, salah satu obyek wisata yang berada di Kec.Banjaran Kab.Bandung yang udaranya masih bersih dan sejuk karena masih termasuk kawasan kaki Gunung Malabar.
Selain keunikan dan keindahan alamnya, Wana Wisata Gunung Puntang merupakan obyek wisata sejarah yang berada di komplek Gunung Malabar pada ketinggian 1.300 dpl dengan suhu antara 18-23 derajat Celcius.


Berdasarkan cerita rakyat Pasundan di Gunung Puntang pernah didirikan kerajaan yang disebut negara Puntang, hal ini dibuktikan dengan diketemukannya beberapa onggok batu besar yang diduga ada kaitannya dengan sejarah Gunung Puntang (Negara Puntang), onggokan batu tersebut antara lain batu Korsi, Batu kaca-kaca dan Batu Kompaan. Sampai saat ini belum ada penelitian lebih jauh terhadap penemuan onggokan batu tersebut.


Pada jaman pemerintahan Hindia Belanda yang berkuasa pada saat itu kawasan Gunung Puntang pernah didirikan stasiun pemancar radio Malabar yang dibangun pada 1917-1929, sampai saat ini puing-puing bekas peninggalannya masih dapat ditemui sebagai saksi sejarah, selain stasiun pemancar di lokasi ini banyak dibangun bangunan lain yang dijadikan komplek perkantoran dan rumah dinas. Untuk kebutuhan energi listrik dibangun pula pembangkit listrik pada tahun 1919 seperti Lamajan dan Plengan di kawasan Pangalengan Kab.Bandung.


Komplek stasiun pemancar radio Malabar ini sudah lama hancur yang ada tinggal puing-puing dan belum diketahui siapa dan tahun berapa kantor pemancar radio Malabar ini dihancurkan dan oleh siapa yang pasti kawasan ini banyak peninggalan sejarah yang belum tergali dengan benar.
Selain puing-puing reruntuhan bekas stasiun pemancar radio Malabar, dikawasan ini juga terdapat dua buah gua yang konon dibuat oleh Belanda pada tahun 1940 dan diduga ada hubungannya dengan bangunan stasiun pemancar radio tersebut dan gua tersebut menurut sejarah dahulu dipakai tempat untuk penyimpanan komponen peralatan stasiun radio dan telepon.



Gua sepanjang 1 km tersebut menuju sebuah curug yang dinamakan Curug Siliwangi dan barang siapa yang bisa menelusuri gua tersebut dan sampai pada curug Siliwangi maka akan mendapatkan barang ajimat bekas peninggalan negara Puntang. (Percaya atau tidak ?)
Tumbuhan dan tanaman yang terdapat di Gunung Puntang merupakan tanaman campuran antara lain rumpu jampang, alang-alang, kaso, kingkilaban, pakis, saliara, kirinyuh, kaliandra, puspa, sninten, jamuju, kihujan, flamboyan, bungur, sengan laut, kidamar, dan banyak lagi, juga terdapat satwa liar antara lain ular sanca, sanca hijau, ular cibuk, ular cai, ular lingas, ular belang, burung elang, ketilang, tikukur, manintin, surili, menjangan, sero, macan tutul, serigala dan babi hutan.
STASIUN MALABAR RIWAYATMU KINI
Di daerah Bandung Selatan sejarah teknologi radio atau radio gelombang pendek lahir dan telah menghubungkan dua negara dari dua benua dengan dibangunnya stasiun Malabar yang dikenal pada masa penjajahan kolonial Belanda dan Jepang tepatnya di Gunung Puntang yang masuk kawasan kaki Gunung Malabar.
Kondisi bangunan tersebut saat ini sudah tidak utuh lagi dan hanya tinggal reruntuhannya dan pada tahun 1923 area ini merupakan lokasi yang sangat terkenal di dunia karena terdapat stasiun pemancar radio Malabar yang dirintis Dr.de Groot yaitu sebuah pemancar radio yang sangat fenomenal karena antena yang digunakan memiliki panjang 2 km, terbentang diantara gunung Malabar dan Halimun dengan ketinggian dari dasar lembah mencapai 500 meter.
Pada bagian dasar lembah, dulu terdapat bangunan yang cukup besar yang befungsi sebagai stasiun pemancar guna mendukung komunikasi ke negeri Belanda yang berjarak 12.000 km dari Indonesia.
Stasiun ini murni pemancar, sedangkan penerimanya ada di Padalarang (15 km) dan Rancaekek (18 km). Untuk listrik Belanda kemudian membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di daerah utara Kota Bandung (Dago), PLTU di Dayeuhkolot dan PLTA di Pangalengan lengkap dengan jaringan distribusinya hanya untuk memnuhi kenutuhan pemancar radio tersebut.







       STASIUN MALABAR YANG DULU PERNAH ADA
 


 
Teknologi yang digunakan untuk memancarkan sinyal radio itu masih menggunakan teknologi yang boros energi (tenaga listrik) dan pemanar ini masih menggunakan teknologi kuno yaitu busur listrik (poulsen) untuk membangkitkan ribuan kilowatt gelombang radio dengan panjang gelombang 20-7,5 km.
Menurut catatan sejarah kuncen Bandung (Haryoto Kunto) gedung pemancar ini bentuknya sangat cantik di masa itu, sayang saat ini hanya tersisa beberapa potong tembok saja karena struktur bangunannya yang terbuat dari separuh kayu dan separuh tembok, selain sepotong bangunan tadi terdapat juga sisa struktur dinding kolam yang dikenal dengan nama Kolam Cinta karena bentuknta menyerupai hati, dan ke arah lereng gunung bisa ditemui sisa-sisa antena.
Selain bangunan utama berupa stasiun radio pemancar, pada area gunung Puntang juga terdapat perkampungan yang dihuni oleh awak stasiun pemancar dengan fasilitas yang cukup lengkap, dulunya perkampungan yang dikenal dengan nama Kampung Radio (Radio Dorf) juga dilengkapi dengan rumah-rumah dinas petugas, lapangan tenis bahkan bioskop juga tersedia pada masa itu.
Adapun pejabat yang menempati rumah dinas saat itu dintaranya Han Moo Key, Nelan, Vallaken, Bickman, Hodskey, Ir.Ong Keh Ong dan tiga orang putra bangsa yaitu Djukanda, Sudjono dan Sopandi. Seluruh fasilitas tersebut diperuntukan bagi orang-orang Belanda yang memang tinggal di perkampungan radio. Lokasi tepatnya perkampungan radio ini berada di area Wana Wisata Gunung Puntang kec.Banjaran kab.Bandung dengan koordinat global positioning system (GPS) S007.111433 – E107.602583 dengan ketinggian dari permukaan laut 1.290 meter.
Selain stasiun pemancar radio di kawasan ini ditemukan pula sebuah gua peninggalan Belanda dan bisa ditelusuri dengan mudah meskipun cenderung becek pada bagian dalamnya. Mulut gua ini cukup tersembunyi diantara lekukan tanah yang bila diperhatikan secara sekilas mirip wajah harimau. Lorong gua ini akan menuju sebuah curug yang dikenal dengan curug Siliwangi dengan panjang gua kurang lebih 1 km dan menurut sejarah orang yang berhasil menelusuri lorong gua sampai curug Siliwangi konon akan mendapatkan sesuatu yang merupakan peninggalan Prabu Siliwangi.

Jumat, 02 Januari 2015

Gliese 667 C

Gliese 667 C adalah bintang terkecil dalam sistem, dengan hanya sekitar 31%   dari massa Matahari dan 42%  dari radius Matahari, mengorbit sekitar 230 AU dari Gliese 667 pasangan AB. [11] Ini adalah katai merah dengan klasifikasi bintang dari M1.5. Bintang ini memancar hanya 1,4% dari luminositas Matahari dari atmosfer luarnya pada relatif dingin suhu efektif dari 3.700 K. [4] Suhu ini adalah apa yang memberi itu cahaya merah-warni yang merupakan karakteristik dari bintang M-jenis. [ 12] The magnitudo bintang adalah 10,25, memberikan magnitudo mutlak sekitar 11.03. Hal ini diketahui memiliki sistem dua planet: klaim telah dibuat hingga tujuh [13] . tapi ini mungkin kesalahan karena kegagalan untuk memperhitungkan suara berkorelasi dalam data kecepatan radial [14] Status kerdil merah Bintang akan memungkinkan setiap planet untuk menerima jumlah minimal ultraviolet radiasi. [11]
Dari permukaan Gliese 667 Cc, yang kedua menegaskan bahwa planet orbit sepanjang tengah zona layak huni, Gliese 667 C akan memiliki diameter sudut 1,24 derajat dan akan muncul menjadi 2,3 kali [catatan 2] diameter visual kami Sun, seperti yang muncul dari permukaan bumi. Gliese 667 C akan memiliki area visual yang 5,4 kali lebih besar dari Matahari namun akan tetap hanya menempati 0,003 persen dari Gliese 667 Cc itu langit lingkup atau 0,006 persen dari langit terlihat saat di atas kepala.

Sistem planet

Lukisan seniman dari Gliese 667 Cb dengan Gliese 667 A / B biner di latar belakang
Kesan artis dari GJ 667 Cc, sebuah planet berpotensi dihuni mengorbit konstituen kerdil merah dalam sistem bintang trinary
Dua planet ekstrasolar , Gliese 667 Cb (GJ 667 Cb) dan Gliese 667 Cc (GJ 667 Cc), telah dikonfirmasi mengorbit Gliese 667 C dengan kecepatan radial pengukuran GJ 667. [14] Sampai dengan lima planet tambahan telah diklaim, [ 4] [13] namun ini belum dikonfirmasi dan mungkin artefak yang disebabkan oleh kebisingan berkorelasi dalam data. [14]
Planet Cb pertama kali diumumkan oleh European Southern Observatory HARPS kelompok pada tanggal 19 Oktober 2009. Pengumuman ini dibuat bersama-sama dengan 29 planet lain, sementara Cc pertama kali disebutkan oleh kelompok yang sama dalam pra-cetak diumumkan pada 21 November 2011. [15 ] Pengumuman laporan jurnal wasit datang pada tanggal 2 Februari 2012 oleh para peneliti di University of Göttingen / Carnegie Institution for Science . [4] [16] Dalam pengumuman ini, GJ 667 Cc digambarkan sebagai salah satu kandidat terbaik yang pernah ditemukan untuk pelabuhan air cair, dan dengan demikian, berpotensi, mendukung kehidupan di permukaannya. [17] Sebuah analisis orbital rinci dan parameter orbital halus untuk Gliese 667 Cc disajikan. [4] Berdasarkan luminositas bolometric GJ 667 C, GJ 667 Cc akan menerima 90% dari cahaya Bumi tidak, [10] namun banyak yang radiasi elektromagnetik akan di terlihat cahaya inframerah bagian dari spektrum. Berdasarkan perhitungan suhu tubuh hitam, GJ 667 Cc harus menyerap lebih banyak radiasi elektromagnetik secara keseluruhan, sehingga lebih hangat (277,4 K) dan menempatkannya sedikit lebih dekat dengan "hot" tepi zona layak huni dari Bumi (254,3 K). [ rujukan? ]
Pada satu titik, lima planet tambahan diperkirakan ada dalam sistem, dengan tiga dari mereka dianggap relatif tertentu ada. Namun, penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa planet-planet lain dalam sistem artefak dari kebisingan dan aktivitas bintang, memotong jumlah planet ke dua. [14]



Alasannya adalah astronom luar negeri dengan SETI menemukan sebuah planet, yang istilahnya disebut sebagai Super-Earth, dengan nama Kepler 22-b. Tentu planet tersebut dijuluki Super-Earth karena mendukung kehidupan layaknya bumi, dan ukurannya yang lebih besar dari Bumi kita.
Planet GJ667Cc
Kali ini, ada lagi penemuan Super-Earth baru. Peneliti dari Carnegie Institute for Science mengklaim bahwa mereka menemukan planet dengan air yang berbentuk cair dan bahkan bisa menopang atau berisi kehidupan. Planet yang diberi nama GJ 667Cc ini dikatakan berada tepat di tengah di zona yang bisa dihuni (habitable zone) dan jarak dengan bintang utamanya pas, karena menurut tim peneliti tersebut, umumnya sebuah planet Super-Earth memiliki jarak yang terlalu dekat atau terlalu jauh terhadap bintang utamanya.
GJ667Cc ini memiliki waktu orbit 28 hari saja, dan memiliki tiga bintang. Dua bintang lainnya dikatakan tidak terlalu mempengaruhi iklim planetnya namun masih terlihat di langit. Planet fiksi Tatooine paling cocok untuk menggambarkannya. Yang agak mengecewakan, planet ini berjarak 22 tahun cahaya, jarak yang sangat jauh ditempuh.
Semoga dengan penemuan planet ini, kita bisa menemukan Super-Earth lainnya yang jaraknya cukup dekat dan layak dihuni. (via Geek).