TEMPAT WISATA SEJARAH GUNUNG PUNTANG
Salah satu obyek wisata yang siap memanjakan wisatawan adalah Wana Wisata Gunung Puntang, salah satu obyek wisata yang berada di Kec.Banjaran Kab.Bandung yang udaranya masih bersih dan sejuk karena masih termasuk kawasan kaki Gunung Malabar.
Selain keunikan dan
keindahan alamnya, Wana Wisata Gunung Puntang merupakan obyek wisata
sejarah yang berada di komplek Gunung Malabar pada ketinggian 1.300 dpl
dengan suhu antara 18-23 derajat Celcius.
Berdasarkan
cerita rakyat Pasundan di Gunung Puntang pernah didirikan kerajaan yang
disebut negara Puntang, hal ini dibuktikan dengan diketemukannya
beberapa onggok batu besar yang diduga ada kaitannya dengan sejarah
Gunung Puntang (Negara Puntang), onggokan batu tersebut antara lain batu
Korsi, Batu kaca-kaca dan Batu Kompaan. Sampai saat ini belum ada
penelitian lebih jauh terhadap penemuan onggokan batu tersebut.
Pada
jaman pemerintahan Hindia Belanda yang berkuasa pada saat itu kawasan
Gunung Puntang pernah didirikan stasiun pemancar radio Malabar yang
dibangun pada 1917-1929, sampai saat ini puing-puing bekas
peninggalannya masih dapat ditemui sebagai saksi sejarah, selain stasiun
pemancar di lokasi ini banyak dibangun bangunan lain yang dijadikan
komplek perkantoran dan rumah dinas. Untuk
kebutuhan energi listrik dibangun pula pembangkit listrik pada tahun
1919 seperti Lamajan dan Plengan di kawasan Pangalengan Kab.Bandung.
Komplek
stasiun pemancar radio Malabar ini sudah lama hancur yang ada tinggal
puing-puing dan belum diketahui siapa dan tahun berapa kantor pemancar
radio Malabar ini dihancurkan dan oleh siapa yang pasti kawasan ini
banyak peninggalan sejarah yang belum tergali dengan benar.
Selain
puing-puing reruntuhan bekas stasiun pemancar radio Malabar, dikawasan
ini juga terdapat dua buah gua yang konon dibuat oleh Belanda pada tahun
1940 dan diduga ada hubungannya dengan bangunan stasiun pemancar radio
tersebut dan gua tersebut menurut sejarah dahulu dipakai tempat untuk
penyimpanan komponen peralatan stasiun radio dan telepon.
Gua
sepanjang 1 km tersebut menuju sebuah curug yang dinamakan Curug
Siliwangi dan barang siapa yang bisa menelusuri gua tersebut dan sampai
pada curug Siliwangi maka akan mendapatkan barang ajimat bekas
peninggalan negara Puntang. (Percaya atau tidak ?)
Tumbuhan
dan tanaman yang terdapat di Gunung Puntang merupakan tanaman campuran
antara lain rumpu jampang, alang-alang, kaso, kingkilaban, pakis,
saliara, kirinyuh, kaliandra, puspa, sninten, jamuju, kihujan,
flamboyan, bungur, sengan laut, kidamar, dan banyak lagi, juga terdapat
satwa liar antara lain ular sanca, sanca hijau, ular cibuk, ular cai,
ular lingas, ular belang, burung elang, ketilang, tikukur, manintin,
surili, menjangan, sero, macan tutul, serigala dan babi hutan.
Di
daerah Bandung Selatan sejarah teknologi radio atau radio gelombang
pendek lahir dan telah menghubungkan dua negara dari dua benua dengan
dibangunnya stasiun Malabar yang dikenal pada masa penjajahan kolonial
Belanda dan Jepang tepatnya di Gunung Puntang yang masuk kawasan kaki
Gunung Malabar.
Kondisi bangunan tersebut saat
ini sudah tidak utuh lagi dan hanya tinggal reruntuhannya dan pada
tahun 1923 area ini merupakan lokasi yang sangat terkenal di dunia
karena terdapat stasiun pemancar radio Malabar yang dirintis Dr.de Groot
yaitu sebuah pemancar radio yang sangat fenomenal karena antena yang
digunakan memiliki panjang 2 km, terbentang diantara gunung Malabar dan
Halimun dengan ketinggian dari dasar lembah mencapai 500 meter.
Pada
bagian dasar lembah, dulu terdapat bangunan yang cukup besar yang
befungsi sebagai stasiun pemancar guna mendukung komunikasi ke negeri
Belanda yang berjarak 12.000 km dari Indonesia.
Stasiun
ini murni pemancar, sedangkan penerimanya ada di Padalarang (15 km) dan
Rancaekek (18 km). Untuk listrik Belanda kemudian membangun pembangkit
listrik tenaga air (PLTA) di daerah utara Kota Bandung (Dago), PLTU di
Dayeuhkolot dan PLTA di Pangalengan lengkap dengan jaringan
distribusinya hanya untuk memnuhi kenutuhan pemancar radio tersebut.
STASIUN MALABAR YANG DULU PERNAH ADA
Teknologi
yang digunakan untuk memancarkan sinyal radio itu masih menggunakan
teknologi yang boros energi (tenaga listrik) dan pemanar ini masih
menggunakan teknologi kuno yaitu busur listrik (poulsen) untuk
membangkitkan ribuan kilowatt gelombang radio dengan panjang gelombang
20-7,5 km.
Menurut catatan sejarah kuncen
Bandung (Haryoto Kunto) gedung pemancar ini bentuknya sangat cantik di
masa itu, sayang saat ini hanya tersisa beberapa potong tembok saja
karena struktur bangunannya yang terbuat dari separuh kayu dan separuh
tembok, selain sepotong bangunan tadi terdapat juga sisa struktur
dinding kolam yang dikenal dengan nama Kolam Cinta karena bentuknta
menyerupai hati, dan ke arah lereng gunung bisa ditemui sisa-sisa
antena.
Selain bangunan utama berupa stasiun
radio pemancar, pada area gunung Puntang juga terdapat perkampungan yang
dihuni oleh awak stasiun pemancar dengan fasilitas yang cukup lengkap,
dulunya perkampungan yang dikenal dengan nama Kampung Radio (Radio Dorf)
juga dilengkapi dengan rumah-rumah dinas petugas, lapangan tenis bahkan
bioskop juga tersedia pada masa itu.
Adapun
pejabat yang menempati rumah dinas saat itu dintaranya Han Moo Key,
Nelan, Vallaken, Bickman, Hodskey, Ir.Ong Keh Ong dan tiga orang putra
bangsa yaitu Djukanda, Sudjono dan Sopandi. Seluruh fasilitas tersebut
diperuntukan bagi orang-orang Belanda yang memang tinggal di
perkampungan radio. Lokasi tepatnya perkampungan radio ini berada di
area Wana Wisata Gunung Puntang kec.Banjaran kab.Bandung dengan
koordinat global positioning system (GPS) S007.111433 – E107.602583
dengan ketinggian dari permukaan laut 1.290 meter.
Selain
stasiun pemancar radio di kawasan ini ditemukan pula sebuah gua
peninggalan Belanda dan bisa ditelusuri dengan mudah meskipun cenderung
becek pada bagian dalamnya. Mulut gua ini cukup tersembunyi diantara
lekukan tanah yang bila diperhatikan secara sekilas mirip wajah harimau.
Lorong gua ini akan menuju sebuah curug yang dikenal dengan curug
Siliwangi dengan panjang gua kurang lebih 1 km dan menurut sejarah orang
yang berhasil menelusuri lorong gua sampai curug Siliwangi konon akan
mendapatkan sesuatu yang merupakan peninggalan Prabu Siliwangi.
0 komentar:
Posting Komentar